Thursday, August 27, 2009

Remember The Time

Di malam ke-enam taraweh ramadhan, di sudut mesjid sebuah komplek nan-asri, kuangkat kedua tanganku – Allaahuakbar . Seperti lima malam sebelumnya, setiap kali kumulai sholat sunnah tahiyyatul masjid, selalu pikiranku tertambat pada satu sosok yang tak kan tergantikan apapun dan siapapun juga – yaitu dirimu, Mama. Kau yang pertama kali mengenalkan aku pada masjid, pada sholat-sholat sunnah yang biasa dilakukan di masjid, termasuk ketika pertama kali kulaksanakan sholat tahiyyatul masjid ku dulu. Aku lupa persisnya umur berapa aku waktu itu, yang pasti tidak lebih besar daripada syifa-ku sekarang.
Ach Mama…jika saja kau masih ada, kau pasti senang melihat dua peri kecilku ini, apalagi jika kita bisa bersama-sama pergi teraweh ke mesjid yang jaraknya mungkin hanya dua depa dari rumah kami. Kau tahu, cucumu itu, umur sembilan tahun sudah bisa baca al-quran lengkap dengan tajwidnya, hal yang bisa aku lakukan setelah aku kelas enam es-de dulu, itupun dengan tiap hari belajar madrasah di masjid Al-ittihad. Masjid itu sampai kini masih ada, Ma…tempat kita berdua selalu berpeluh-peluh menjalankan teraweh. Tapi aku selalu gembira ketika tiba waktunya pergi kesana, berjalan kaki bersamamu. Ach…apapun yang kulakukan bersamamu, selalu membuatku aman, terlindungi, merasa berbuat kebaikan. Apapun itu, tak hanya pergi ke masjid.
Mama tahu, kenapa aku ngotot “pasang target” menikah di usiaku yang ke-25 ? Karena aku ingin, nantinya anak2ku bisa merasakan hidup lebih lama bersamaku, dan aku tak terlalu tua untuk mendampingi mereka di taman kanak-kanak hingga mengantarnya ke tempat kuliahnya. Dan masih cukup kuat untuk ikut menjaga cucu2ku nantinya.
Setiap kali ku membayangkanmu, tak bisa kupungkiri, kekhawatiran akan kehilanganmu menggelayut disana. Ingin aku membuatmu menjaga anak2ku kelak, agar kau bahagia, karena aku yang terakhir ini, benar2 bisa ‘melepaskan’ beban tanggungjawabmu di dunia, bahwa kau dan ayah tercinta, sudah ‘menamatkan kuliahmu’ di dunia, yaitu mendidik anak2mu menjadi anak2 yang mandiri dan sholehah.
Bahagianya aku ketika di hari pernikahanku dengan pilihanku yang sangat kau restui (dan kini, setelah sepuluh tahun aku bersamanya, baru kutahu, kau benar mama, dia memang terbaik untukku, Cuma dia yang bisa mengerti anakmu yang keras kepala ini). Pun ketika syifa masih berada dalam rahimku, hingga enam bulan usia kehamilanku kau masih sehat, membawakan bekal ini - itu untukku ke kantor. Tapi, apa daya, rahasia Tuhan memang hanya dia yang tahu. Tiba-tiba saja cahaya dalam hidupku redup, tak lama kemudian padam- di malam itu- di malam pertama kalinya kulaksanakan sholat tahajud, karena kau sedang berjuang menantang maut, di ruang ICU dengan selang2 memenuhi sekujur tubuhmu, tak ada satu lubangpun yang tak dimasuki selang. Hatiku hancur, syifa dalam perutku menendang-nendang terus hingga sakit, tak biasanya bayiku seperti itu. Malang buatku, ingin selalu di sampingmu, tapi suster dan RS samasekali tidak mengijinkan ibu hamil menunggu di dalam kamar ICU. Begitupun matu, keras menyuruhku pulang, karena aku harus memikirkan jabang bayi yang ada dalam perutku, yang seminggu lagi genap 7 bulan. Kubawa hatiku yang hancur meninggalkan Pelni, tak sedikitpun kudapat pejamkan mata. Kubersujud dihadapanNYA, memohon yang terbaik untukmu – itulah kali pertama ku begitu khusyuknya bertahajjud, serasa Allah begitu dekat, hanya sejengkal dari batang leherku – kumohon, jika memang ini sudah tiba waktumu meninggalkan kami semua, kumohon jangan sakiti dirimu, biarlah kau pergi dengan senyum, tanpa selang2 itu yang menusuk sana sini di tubuh lemahmu. Kumohon pada Allah untuk memberiku kekuatan, memberiku keikhlasan untuk melepasmu menuju kehidupan yang baru. Airmataku tumpah seluruhnya membasahi sajadahku waktu itu, perutku yang besar tak kuhiraukan lagi, kuajak bersujud lama, syifa berhenti menendang-nendang. Mama…ternyata baru kutahu, kau pergi disaat-saat ku mohonkan permohonan terakhirku itu, kau ternyata benar datang padaku , di kamar itu, seolah berkata “mama pergi ya Dek, jaga bayimu baik-baik, mama pergi gak jauh kok, mama mau ketemu sama ayah, kami akan selalu mendampingimu, jangan tinggalkan sholat dan rukun2lah selalu kalian berlima” pesan yang selalu kalian dengungkan ke kami berlima, sama seperti ketika kalian hendak berhaji.
Dan…syifa pun kubesarkan tanpa bantuan orang yang paling berkompeten mengurus bayi, aku benar2 merindukanmu saat itu. Aku benar2 membutuhkan kehadiranmu saat itu, aku limbung dan gamang, aku sendiri, aku merasa tak berdaya. Baby blues tak dapat kuhindari, pertengkaran demi pertengkaran semakin menjadi, sampai tak direncanakan, tisha telah hadir dalam rahimku. Aku semakin merindukanmu, ma…juga telatennya ayah. Aku sering berkhayal, ayah membawa syifa dan tisha berjemur di pagi hari, seperti yang dilakukannya kepada cucu2nya yang lain. Aku iri pada kakak2ku, betapa mereka ‘puas’ mereguk indahnya kasih sayang kalian bahkan sampai mereka berumahtangga.

Untunglah aku ingat semua yang selalu kalian pesankan, bahwa ketika tak ada siapa2 lagi tempat kita bergantung, cukup Allah SWT yang jadi penolong kita.
Kubesarkan kedua peri kecilku dengan peluh dan airmata ku, kurelakan ‘masa depanku’ yang cerah di kantor BUMN itu, yang selalu jadi kebanggaan ayah, demi membesarkan anak2ku menjadi anak yang sholehah dan mandiri.
Dan kini,setelah sepuluh tahun perjuanganku, mulai kulihat ‘pohonku’ kini mulai menampakkan buah2nya yang masih seukuran tunas, namun kuyakin perlahan tapi pasti dia akan berbuah seperti yang kuharapkan, insyaAllah.
Syifa di usianya yang ke delapan, sudah mampu baca qur’an, ma…dan sekarang tajwidnya mulai pelan2 bisa dia perbaiki. Tisha, mungkin karena lebih manja, belum sepintar kakaknya, tapi tinggal selangkah lagi, untuk bisa menyamai kakaknya. Sholat mereka alhamdulillah bisa lima waktu, walau harus selalu aku awasi. Mama dan Ayah pasti bangga dengan mereka, apalagi kalau bisa sholat teraweh dengan mereka. Terkantuk2 mereka khusyuk mengikuti 11 rakaat yang cukup melelahkan. Paling sesekali si kecil tisha, bermalas2an di atas sajadahnya, jika dia rasa capek mengikuti sholat. Tapi dia sudah hapal doa qunut, ma…dan tiap subuh, aku ingatkan kembali, untuk dibacanya di rakaat kedua. Aku ingiiiiiiiiiiinnn sekali menunjukkan pada mama-ayah, bahwa inilah sebagian hasil kerja kerasku selama ini. Tentu saja dengan prestasi mereka di sekolah yang cukup membuatku tenang- sama seperti ayah dulu “keras” terhadap ranking kita berlima- harus masuk lima besar, minimal sepuluh besar (masih lekat di ingatanku, selalu deg2an kalau bagi rapot, pasti ayah marah kan…tapi itulah rasa sayangmu yang selalu kurindu, Yah..).

Ramadhan masuki hari keenam, alhamdulillah masih banyak waktu untukku berbenah diri. Ma, kalau kubaca yasin setelah sholat dhuha ku, ingatanku melayang lagi ke sosokmu, yang dulu, tak kurang dari tujuh kali mengulang yasin setelah sholat maghrib. Dan kau tahu, jika kusakit & hanya berbaring di tempat tidur, aku bisa hapal sedikit demi sedikit bait2 ayat suci itu, karena begitu seringnya kudengar kau melantunkannya. Ach…sesuatu yang hingga kini belum bisa kusamai. Tapi aku berusaha membaca ayat2 suci itu, Ma…Tak hanya yasin, al-waqiah, ar-rahman, yang selalu kau ingatkan aku untuk membacanya di waktu2 tertentu, tapi juga kuusahakan untuk selembar demi selembar agar aku bisa mengkhatamkannnya.
Ramadhan…bulan dimana selalu kuingat dirimu, ayah, eyang, dan semua yang telah berada ‘disana’ karenanya, kuusahakan selalu agar doaku terkirim, sampai ke tempatmu berada. Istirahat yang tenang wahai orang2 terkasihku, ku selalu bermohon agar doa2 terbaikku untuk kalian di-ridhoi Allah SWT, disampaikan dan dijadikan oleh Allah SWT.
Allahumma firli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro. Subhana rabbika rabbil izzati amma yasifun wasalamun alal mursalin, walhamdulillahirrobbil alaamiinn.

2 comments:

Anonymous said...

bunda bunda ini diriku...
*siape lu SKSD bener :D

HMMMMM, menyentuh bunda

ramadhan kali eni. masih ada bundaku masi ada ayahanda ku..

ya ALLAH, biarkan mereka ada untuk 100 ramdhan selanjutnya,,

mangap bunda malah jadi curhat.. :D

*OIA, diriku ngelink blog bunda yak

Aubrey.ade said...

hai dear...ini queeny khan??aduuuh, tengkyu..tengkyu udah mampiiir **gelar tiker** :D

blog_q jelek, sayy - abis, waktunya lebih banyak di ngerumpi, dulu maen fb..hehehehe..

Iya, mudah2an ayah-bundamu masih ada nemeni kamu sampai 100 ramadhan amiinn(biar kata kita gak mungkin, kalo Tuhan berkehendak, bisa aja ya?)

gapapa curhat juga :)

thanks lho, udah nge-link, ya queeny...nanti aq mau maen juga deh kesana :)