Monday, June 22, 2009

Catatan Kecil di Minggu Pagi (Lanjutan)

Sedikit khawatir kuhampiri anakku yang tengah berjalan ke arah meja tempatku mengetik,
"de' icha kenapa,kok nangis...?"
"mau pipis..."pelan,sambil mengucek-ngucek mata.
"lho,kenapa 'gak ijin aja sebentar sama Pak Guru,dari tadi...?"tanyaku sambil membimbingnya menuju kamar kecil. Setelah selesai, untungnya Tisha mau kembali ke kelas, melanjutkan pelajaran. Mudah-mudahan memang hanya karena menahan buang air kecil, bukan karena stress menghadapi materi pelatihan menulisnya **semoga!**

Sebenarnya tak ada yang salah dengan materi yang diajarkan, memang seharusnya sebuah tulisan harus memenuhi beberapa point penting yang disebut kaidah penulisan. Tapi bukankah ini pelatihan untuk anak umur 7-11 tahun, tidakkah lebih baik menggali minat mereka terlebih dulu, memperkenalkan bagaimana 'asyiknya' ketika kita bisa menghasilkan suatu karangan apalagi sampai bisa diterbitkan dalam sebuah buku. Esensinya bukan ada pada hasilnya, tapi proses membuat karangan itu sendiri yang mengasyikkan, bukannya malah memusingkan si anak. Agaknya ini yang kurang, setidaknya melalui pengamatan saya dua hari ini. Memang ini sebuah pelatihan, dimana metodenya mungkin lebih banyak satu arah, bukannya dua arah seperti workshop. Namun aku rasa tidak tertutup kemungkinan untuk mereka merancang penyampaian materi yang lebih bersifat fun educative sehingga bisa menarik minat anak-anak, misalnya lebih banyak interaktif, bukan hanya teori-teori yang harus dihapal, dan di praktekkan di rumah, menjadi pe-er. Lantas, apa bedanya dengan pelajaran bahasa indonesia di sekolah..?? mungkin jawabannya, disini lebih dikonsentrasikan kepada ilmu membuat suatu karangan.

**Jadi,ceritanya curhat nih?**Ya, berhubung gak bisa protes ke panitia - karena memang dari awal,mereka tidak memberikan schedule pelatihan - jadi lebih baik 'ditumpahkan' di blog **weeh,basah donk,kalo ditumpahin**

Tidak ada penyesalan samasekali, karena aku sadar betul 'harga' yang harus dibayar untuk sebuah pengalaman terkadang memang mahal, melebihi nilai yang bisa kita perkirakan. Semua pilihan yang kita ambil, pasti harus selalu mengandung resiko. Namun hidup tanpa resiko, berarti hidup tanpa pilihan, tanpa sikap, akan diam di tempat. Dan aku,bukan orang yang selalu nyaman berada di "comfort zone"- selalu merasa ada yang belum aku lakukan ketika aku berada dalam situasi seperti itu. Begitu juga dengan pilihan sikapku ke khamu, aku sadar betul sepi yang harus kusimpan sendiri. **Hidup selalu merupakan pilihan, dan aku, mungkin juga khamu, kita telah memilih untuk disayangiNYA**


-Saat kau ada bersamaku kemarin siang, just to say Thank You-

No comments: