Thursday, May 21, 2009

Menyerah Di luasnya Samudra Hatimu

Kubuka mataku lebar-lebar *heyy,bangun puteri pemimpi! Matahari mulai menampakkan kegarangannya!* sentuhan hangat di pipi memaksa kuterbangun dari mimpi semalam, ahh..dasar puteri pemimpi,tak pernah kau lewatkan satu malampun tanpa berharap kau akan diberiNYA mimpi indah tentang hidup ini, terlalu menyedihkankah drama kehidupanmu?

Pikiranku masih terbelah dua antara kenyataan yang kutemui hari ini dengan kejadian yang kualami semalam. Selalu saja terjadi cerita itu, cerita yang sama, yang hingga kini masih belum dapat kita pecahkan kebekuannya. Ketakberpihakan waktu kepada kita dan anak-anak kita, kekecewaan yang terus menyiksamu, hingga masa lalu yang selalu saja menjadi titik hitam di putihnya samudra kebaikanmu *blank spot* selalu meracuni hati dan tindakan nyatamu dalam perjalanan kita. Kita tak akan pernah bisa memutar waktu kembali, sayangku, Dia terlalu kuasa hingga akhirnya kita harus bersujud pada kekuatannya yang tak kenal ampun memaksa kita harus terus mengarunginya * yesterday is history * bahkan hari inipun sebentar lagi menjadi sejarah bagi hari esok.

Bergegas dalam gelut tugas rumahtangga, kudengar suara langkahmu memasuki pintu rumah, belum terlalu larut malam itu. Sapaan ramah putri kecilmu, tak mampu menepis mendung hitam di wajahmu sepulang dari tempatmu bekerja. * Kekecewaan itu lagi,pasti * batinku sembari tak bisa menyembunyikan jengkel di roman wajahku. Tak bisa kah kau berdamai dengan keadaan itu?,walaupun aku sendiri jujur, tak bisa sering. Tapi itu hidupmu, itu keputusanmu, itu yang akan membesarkanmu. Aku ada di sampingmu, namun tak memikul bebannya, tak bisa karena aku harus memikul beban yang lain. Beban atas keputusanku sendiri.

Diam, mendadak bisu jika saat-saat seperti itu datang. Aku benci sekali dengannya *Silence is Gold, tapi tidak buatku saat itu* Aku benci dengan kekerdilan yang kau tampakkan, padahal kutahu jiwamu besar, hatimu luas, pikiranmu hanya langit batasnya, tapi kau selalu tak mau menyadari sepenuhnya. Kadang langkahmu kau hentikan seketika, meski tak perlu kurasa. Aku letih untuk selalu mengingatkanmu untuk melangkah kembali, kembali, lagi dan lagi. Jika kau berhenti tiba-tiba, bukan tak mungkin aku akan mundur, tapi aku tak pernah harapkan menjauh. Sejujurnya aku selalu ingin menghabiskan seluruh waktuku bersamamu,kita. Aku hanya berharap, waktu tak akan khianat, akan janjinya untuk datang kepada kita akan saat-saat yang kita dambakan itu.

Tersadar, tersungkur, terjerembab kedalam kenyataan malam itu. Berdamai dengan hati - hatiku dan hatimu - harus berdamai dengan kenyataan yang kita hadapi- kemarin, hari ini, dan esok - karena sang waktu memang 'kejam' memperlihatkan kuasanya, tak seorangpun dapat melawannya.

Pelukan kedamaian yang selalu mengakhiri mendung hitam di wajahmu dan roman jengkel wajahku, menyerah dalam waktu. Genggaman erat dua hati itu memang selalu coba dipisahkan, tapi aku selalu berharap genggamannya akan selalu lebih kuat dan erat dari apapun juga kekuatan yang akan memisahkannya. Hanya tanganNYA yang bisa, dan kita selalu berdoa mengharap belas kasih sayangNYA untuk kita, agar DIA selalu memberikan kekuatan lebih untuk genggaman hati kita.

Akhirnya aku tersadar dari tidurku, sentuhan hangat masih kau hadirkan bertubi-tubi di pipiku * bangun puteri pemimpi, hangatkan badanmu dan cairkan hatimu yang beku, air hangatnya telah kusiapkan untukmu * dan akupun bangun dengan bimbingan lengan kekarmu, yang selama ini sudah melindungiku.

Terkadang, cinta memang membunuh.

No comments: