Friday, May 29, 2009

Miracle of Love

Sebuah buku true story karangan Eko.P.Pratomo - Miracle of Love : Dengan Lupus menuju Tuhan - aku tulis resensi singkatnya di bulan mei ini, karena tanggal 10 Mei merupakan World Lupus Day , semoga pencapaian dalam peningkatan pelayanan kesehatan kepada para ODAPUS (orang dengan Lupus) semakin baik dan mendapat perhatian dari orang-orang yang bertanggungjawab di dalamnya.


Lupus - istilah kedokterannya adalah SLE (Systemic Lupus Erythematosus) - adalah suatu penyakit kelainan darah, penyakit autoimun sejenis alergi terhadap diri sendiri. Zat anti yang dibentuk sistem kekebalan tubuh yang biasanya berfungsi melindungi tubuh melawan kuman, virus, dan benda asing, malah berbalik menyerang jaringan tubuhnya sendiri.

Tanggal 10 Mei merupakan "Hari Lupus Sedunia". Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93% penderitanya adalah wanita , sebagian besar berusia produktif antara 14-35 tahun. walaupun tidak seganas kanker, angka kematiannya sebanding dengan penyakit jantung koroner. Dampak Lupus terhadap kualitas hidup penderitanya sangat besar, apalagi jika diingat bahwa sebagian besar penderitanya adalah wanita usia produktif.

Tampilan penyakit ini sedemikian beragam dan setiap pasien mempunyai serangkaian gejala yang sangat berbeda. Lupus dapat pula tampil mirip dengan penyakit lain, seperti artritis reumatoid ( sejenis penyakit tulang & persendian), demam berdarah dengue, demam tifoid, dan lain-lain sehingga sulit terdiagnosis atau bahkan didiagnosis dengan penyakit lain yang mempunyai gejala mirip dengannya. Juga dapat disertai dengan penyakit lainnya, seperti radang kelenjar gondok, peningkatan kekentalan darah, bahkan beberapa penyakit kanker, seperti indung telur. Hal tersebut tentu saja semakin mempersulit diagnosis dan pengobatan. Dari segi medis pun ada tiga hal, yaitu masalah kesulitan diagnosis, pengobatan, dan kesulitan obat.

Saat ini penyebabnya belum ditemukan, namun diperkirakan karena beberapa resiko, seperti genetik (keturunan) dan lingkungan yang menyebabkan Lupus. Faktor lingkungan yang diperkirakan sebagai penyebab adalah obat-obatan, racun, makanan, dan sinar matahari.

Dalam buku ini dijelaskan secara lengkap tentang apa Lupus, bagaimana gejalanya, tes-tes laboratorium apa yang harus dilakukan, cara pengobatan atas gejala-gejalanya. Juga yayasan Syamsi Dhuha yang didirikan oleh Eko.P.Pratomo dan istrinya Dian Sjarif.

Buku ini ditulis oleh suami dari Dian Sjarif (sang ODAPUS) yang berisi curahan hati Dian Sjarif dalam mengarungi hidup setelah di-diagnosis penyakit ini dan harus puluhan kali menjalani operasi di dalam dan luar negeri. Bahkan seringkali dalam hitungan hari, harus menjalani operasi berkali-kali dimana tengkorak kepalanya harus dibedah, setelah beberapa hari, dibedah lagi. Belum lagi fungsi penglihatan yang tiba-tiba hilang,menyebabkannya buta total, kejadiannya begitu cepat semenjak dia divonis Lupus. Padahal sebelumnya Dian adalah seorang wanita aktif yang kesehatannya sangat prima, jabatan terakhirnya sebagai Public Relations Manager bank Bali, dia berkarir disana sejak 1990,setelah lulus dari sarjana farmasi ITB. Di usianya yang ke 33 tahun, penyakit itu menyerangnya dan langsung mengakibatkannya buta total, meski sudah dioperasi enam kali di Singapura.

Penderitaannya masih terus berlanjut hingga akhirnya dia harus berpindah dari satu meja operasi ke meja operasi berikutnya demi menyembuhkan gejala-gejala yang diakibatkan oleh penyakit ini, namun tetap saja tidak menyembuhkan/menghilangkan penyakitnya secara total. Bagian yang saya tak sanggup untuk tidak menitikkan air mata adalah ketika dia harus merelakan rahimnya diangkat, demi menyelamatkan jiwanya, karena sudah berulang kali pendarahan dan mengalami empat kali curetage.Esok harinya, setelah siuman dari pengaruh obat bius, suaminya ada di sampingnya dan tersenyum sembari berkata " Selamat ya,hari ini kamu telah melahirkan 'Si Uterina' (uterine dari uterus atau rahim)"...Subhanallah...benar-benar seorang suami yang berjiwa besar dan berhati luas.

Membaca kisah mereka, membuat pikiran dan hati kita menjadi terbuka, bahwa segala sesuatu selalu terjadi karena atas ijinNYA. Begitupun jika DIA menghendaki hambanya untuk naik derajat keimanannya. Melihat seorang suami yang begitu setia terhadap istrinya meski tak lagi dapat mengharapkan keturunan, dan harus menghadapi kenyataan bahwa sang istri menderita penyakit kronis yang harus ditanggungnya sampai akhir hayatnya. Sang suami memandang semua musibah yang dia terimanya sebagai kasih sayang Tuhan kepadanya untuk menjadikan dia manusia yang lebih baik, suami yang setia dan ikhlas, dan akhirnya menjadikan sakit istrinya sebagai ladang amal untuknya...Subhananallah, sangat inspiratif dan menakjubkan. Begitu juga dengan Dian Sjarif yang harus menderita penyakit itu seumur hidupnya, di usia yang masih tergolong muda, namun dia berhasil bangkit dari keterpurukannya. Walaupun divonis penyakit yang belum ada obatnya, namun dia tak berlama-lama terjerembab dalam keputus asaan, dia masih bisa mensyukuri nikmat Allah lainnya yang dia miliki, suami yang mencintainya sepenuh hati, keluarga dan teman-teman dekat yang tidak pernah meninggalkannya, dan tentu saja Allah yang tidak pernah meninggalkannya.


Buku ini terbitan tahun 2007 (cetakan pertama) dan saya sendiri sudah selesai membacanya maret 2008, namun sampai sekarang kisahnya yang inspiratif masih terus saya ingat, terutama ketika rasa lelah menghadapi problema hidup ini datang. Buku yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca, untuk mengingatkan kita bahwa segala sesuatu mungkin saja terjadi, tanpa sedikitpun kita pernah membayangkannya, dan Tuhan dapat sewaktu-waktu 'menarik' semua nikmatnya dari kita tanpa kita kuasa menolaknya. Tetap berlaku yang disenangi Tuhan, bermanfaat untuk banyak orang, tidak menyia-nyiakan kesehatan, be a positive thinking person, saya rasa harus terus menerus kita upayakan dalam mengarungi hidup ini.

Terakhir di tahun 2009 ini sebuah talkshow di salah satu TV Swasta lokal mengundang Dian Sjarif sebagai bintang tamu. Beliau masih sehat, walaupun sudah tak dapat melihat lagi, namun tetap aktif membina yayasan Syamsi Dhuha (khusus untuk ODAPUS dan Low Vision), tetap aktif sebagai pembicara di seminar-seminar motivasi, masih aktif memperjuangkan nasib para penderita Lupus agar mendapat perhatian yang layak dari pemerintah, sementara tetap menjalani pengobatan untuknya.

No comments: