Sehari tanpamu
Hanya sepi menggigit seluruh dagingku laksana
Hewan kurban yang sedang dikerat-kerat
Seminggu tanpamu
Kurasa sebagian jiwaku tak utuh laksana
Pesakitan yang sekarat menunggu ajal menjemput
Seandainya seluruh sisa umurku kulewati tanpamu
Laksana,
Tak sanggup sejenakpun kuberandai
-at the midnight on Saturday night-
I had to leave you on the hospital, the swine flu seems like my nightmare
Thank You Lord
Pagi sekali kuhubungi pihak rumahsakit, karna semalam ku sudah terlalu lelah. Tak mau kuijinkan tubuhku letih terlalu, sebab virus bertebaran dimana-mana. Begitupun yang sedang menggerogoti kesehatanmu saat ini.
Suara telepon di seberang
“Halo selamat pagi, bisa disambungkan dengan suster di paviliun melati ? – Terimakasih”
“Pagi, Melati”
“Pagi Suster, saya mau menanyakan hasil lab pasien kamar 5** -apa sudah turun?”
“Oh,ya Bp LP Laksana, sudah bu…”
“Bagaimana hasilnya, Sus – apa sudah dilaporkan ke dokternya – apa hasilnya, virus apa?”
Terdengar suster membacakan hasil laboratorium yang tertera, tak ada satupun yang berarti yang perlu kukhawatirkan, begitu pula hasil USG Abdomen, semua masih bisa dibilang dalam batas normal.
**Alhamdulillahirrabbil alamiin** Tak ada kata lain yang mengisi kepalaku pagi itu selesainya suster membuat kesimpulan sementara, yang kuharap sangat menjadi kesimpulan tetap. Berarti kecemasanku semalam tak ragu lagi harus kuhilangkan dari kepalaku.
-at Sunday morning 7 am-
When at the dawn I woke up after I had a dream about us, separated for a while, I lost in direction, but you came back and I was so released.
Posting satu tulisan yang aku ketik diatas tempat tidur rumahsakit, nemenin kamu :(idenya muncul pas sabtu sore, aku masih gag konsen sama diagnos dokter)
http://ngerumpi.com/baca/2009/07/26/surat-ibunya-raffi-untuk-anaknya.html
-at 3 pm on Puri Cinere Hospitals-
No comments:
Post a Comment